Isnin, 28 Jun 2010

Adk masuk Wad

Salam dan selamat sejahtera semua.
Saja nk coretkan kejadian yg tak disangka2 baru2 ni(24/6/2010). Syanie masuk Hospital kena Jahit dijari kelingking tangan kiri - 3 jarum.

Citer dia bermula petang tu syasya(kakak) tengah mop lantai, syanie (adik) lak basuh pingan. Byk pingan kot smpai tak celuih nak letak kat sinki syanie pun pegang satu mangkuk nak pi simpan kat rak. Nak jadi cerita, tiba2 dengaq kedekangGg!!!..aku(mama syanie & syasya) pun toleh la..tgk2 syanie dah tertiarap kat lantai ngan kaca pecah berderai...aku panik !! tgk plak darah byk yg kluaq kat lantai.

Abah syanie pun cepat2 angkat syanie dan terus tengok tangan kot2 ada kaca yg melekat lagi..bila luruskan jari kelingking kiri ja..darah terus memancut tinggi tanpa henti.Aku dah macam nak pitam. Syanie mula nak menanggis dan syasya pun panik. Abah syanie mintak kain terus balut tangan syanie dan terus bawa ke hospital Lam Wah Ee ditemani oleh syasya. Aku kat rumah terus bersihkan serpihan kaca2 dan terus mop lantai..

Dan selesai bersih semua..aku masuk bilik..baru aku menanggis..menanggis smpai bengkak mata. Aku risaukan syanie. masih terbayang darah yg banyak kluaq. Dalam Hati aku cuma mampu memohon pada allah supaya melindungi syanie dari bahaya...

Dah puas menanggis, aku call abah syanie kat hospital. Masih dalam Emercency room.
Aku susah hati.risau. Lepas tu aku cal lagi dan di beritahu yg syanie kena admit. tp utk malam nie tidur umah dulu, esok pagi baru admit.

Aku tak sabaq tunggu syanie balik.Setibanya saja dia dirumah..aku terus peluk dia...dan hanya "maaf kan mama sayang"saja ayg mampu aku lafaazkan.Tp mmg syanie seorg yg tabah dan kuat..kata2 pujuk dia amat menusuk ati aku.  "mama tak payah lah mintak maaf, bukan salah mama, ni semua kan dah takdir"..ya allah anak sekecil ni lebih tabah dari aku...Terima kasih ya allah, aku pasti yg aku pernah melakukan kebaikan hingga kau kurniakan pada aku anak2 seperti mereka (syasya & syanie).

Aku terus tanya pada syanie apa yg berlaku di hospital. syanie pun cerita penuh semangat. kakak syasya ikut menemani di dalam bilik kecemasan. Kakak syasya yg peluk adik dan pujuk adk..kak syasya yg tunggu adk smpai habis.Tp kak syasya ada kluaq kejab. aku tanya syasya..kluar utk apa ? Dia jawab..menanggis sbb tak tahan sedih tgk adk sakit. Yang buat aku terharu lagi..syasya jaga syanie penuh tanggng jawab yg tak berbelah bagi..sampai pegi tandas buang air besaq pun syasya yg tolong cucikan..
Syasya, besar sunggoh pengorbananmu sebagai seorg kakak.

Lepas saja citer syanie x sabaq2 dah belek hp dia..apa lagi mesej dari cikgu idham la..cikgu tution dia. Ilang sakit2 sumer..tp aku tak kisah..tgk dia senyum aku dah hepi.

Buat Cikgu Idham.,
Tima kasih sbb selalu rajin bermesej ngan syasya & syanie...2 beradik ni boring sgt kat umah...

Kluaq wad hari ahad pagi. sepatutnya sabtu malam dah boleh kluaq tp dengaq kata Cikgu Idham nak lawat, syanie terus mintak tahan smpai ahad. Tambah happy Untie Liana Ngan Uncle Yien pun mai, siap bawa puttu mayung lagi..sedappppp..hehehe . Pastu Untie ros, uncle Man ngan kimi mai,pastu abah mai ngan mamu ambios, mamu krul mai ngan anak dia. Aku Terharu sgt dan tima kasih pada yg sudi melawat syanie..tu semua  bagi kecerian  kat syanie walau tgh sakit. Syanie kluaq wad hari ahad tgh ari. Tp ari selasa ni kena pegi balik utk follow up. Syanie dapat MC smpai rabu ni (6 hari) sakan lah dia.

Kat bawah ni ada pic2 kenangan masa dia sakit...

Thanks pada semua Pelawat

Ni lah wajah syanie yang paling suram..biasanya syanie riang dan lincah.
Adk lekas baik k..kami semua syg adk. muah muah muah kat pp gebu adk.

Ni la Cikgu Idham. Cikgu Tution Syanie n Syasya.
                             Sempat gak melawat anak murid....:-)


Ni la pelawat2 syanie..mmg meriah dalam bilik nie..sempat lepak atas katil sebelah lagi.
mentang2 lah pesakit tu dah balik.


Untie Rose..ngeh ngeh ngeh

Kakak syasya bukan teman biasa tau..siap kerabat katil sama naik ngan adk...huhuhu


Ni pic masa dah kena jahit. Dok relax2 kat ats katil sambil dijaga oleh kak syasya.
Kak syasya sonok la x yah pi sekolah sama.


Pic ni paling menyayat hati...lepas sedaq dari pengsan bius..balik ke wad pun blur2 lagi.


Toilet wad kanak2 Lam Wah Ee. Toilet dua beranak..heheh


Sempat lagi bergambaq




Ni Bil Hospital..Masuk 2 ari ka dah kena Rm1,500++
Ermm sib baik Insurance cover..

Khamis, 24 Jun 2010

Starcruises2

Bersama umie(mak angkat) dekat Reception dalam Starcruise

Di antara makanan yg ada dalam cafe starcruise

Cafe Starcruises

Open air kat atas kapal..leh tgk laut.

Permandangan dari luar

Tangga dalam kapal pun lawaaa.....

Lif dalam starcruises

Kat area Mahjong..kat sini pun leh lena gak..hehehhe

Sama kat area mahjong, yg nmpak pintu putih tu panggung wayang.

Maktok dok pulun ambik makanan

Diluar kapal

 
Kami Happy sgt..yahooO

Selasa, 22 Jun 2010

Putri yg menjadi Ular

Di tepi sebuah hutan kecil yang hijau, sebuah danau yang berair jernih berkilau disapa mentari pagi. Permukaannya yang tenang beriak kala sepasang kaki yang indah menyibaknya. Sang pemiliknya adalah seorang putri yang sedang duduk di atas batu besar yang menyembul dari dasar danau. Aduhai alangkah cantiknya ia. Bahkan burung-burung pun terpesona memandangnya. Ialah Putri dari kerajaan di sebuah negeri di wilayah Simalungun yang terkenal amat rupawan. Ialah dambaan dari Puluhan Pangeran dan Putra bangsawan. Dan kini seorang Pangeran dari negeri seberang telah datang untuk meminangnya.


Sepasang ikan meloncat di dekat kakinya membuyarkan lamunannya.

“Ah alangkah bahagianya kedua ikan ini. Mereka pastilah sepasang kekasih yang saling mencintai. Sebentar lagi akupun akan sebahagia mereka,” pikir Putri sambil tersenyum kecil.

Beberapa Dayang yang menemani sang Putri, duduk-duduk di tepi danau memperhatikan tingkah sang Putri yang sebentar-bentar tersipu dan tersenyum malu.

“Lihatlah Tuan Putri kita. Oh ia pasti sedang melamunkan rencana pernikahannya dengan Pangeran dari kerajaan tetangga yang katanya sangat tampan. Setelah puluhan Pangeran yang datang, akhirnya Baginda memutuskan menerima lamaran yang satu ini,” kata salah satu Dayang.

“Kenapa? Apa istimewanya Pangeran itu?” tanya Dayang lainnya.

“Entahlah. Bagaimana aku bisa tahu,” kata Dayang pertama.

“Ayolah! Ceritakan apa yang kau ketahui,” desak Dayang lain.

“Aku juga tidak tahu banyak, “ jawab Dayang pertama yang rupanya Dayang kepercayaan Putri. “Tadi pagi Baginda memanggil Putri menghadap. Katanya utusan Pangeran dari kerajaan tetangga datang untuk melamarnya. Kerajaannya sangat besar dan kuat. Sehingga menurut Baginda, jika lamaran itu ia terima, otomatis akan menyatukan kekuatan kedua negeri.”

“Apakah Tuan Putri langsung menerimanya?” tanya Dayang kedua.

“Ya tentu saja. Putri adalah anak yang berbakti. Ia tahu perkawinan ini akan membawa kebaikan untuk seluruh negeri,” jawab Dayang pertama.

“Kalau begitu, sebentar lagi akan ada pesta besar donk! Asyiiiiik.,” seru Dayang-dayang.

“Ah, masih lama. Masih dua bulan lagi. Pestanya memang akan besar-besaran, makanya butuh waktu lama untuk mempersiapkannya,” kata Dayang pertama.

“Ya Tuhan. Semoga Tuan Putri selalu bahagia,” doa semua Dayang.

“Tugas kita sekarang adalah menjaga Tuan Putri supaya tidak ada sesuatu yang akan membatalkan pernikahannya,” kata Dayang pertama disambut anggukan Dayang lainnya.

“Bibi Dayang…!” seru Putri.

Para Dayang segera berlarian menuju Tuan mereka. Mereka membantu Putri membersihkan badan hingga kulitnya semakin tampak menawan. Kemudian mereka mencuci rambutnya yang panjang dan hitam sehingga harum semerbak. Kemudian para Dayang membiarkan Tuan mereka berendam menikmati kesejukan air danau. Memang begitulah kebiasaan Putri, ia tidak pernah cepat-cepat keluar dari air setelah selesai membersihkan badan.

Tiba-tiba angin bertiup sangat kencang menggoyangkan semua pepohonan di pinggir danau. Sebatang ranting yang lumayan besar, patah dan jatuh menimpa wajah Putri tanpa sempat menghindarinya.

“Aaaa…..!” Putri menjerit kesakitan.

Dayang-dayang segera berlarian membantu Putri keluar dari danau. Dari sela jari-jari Putri yang masih menutupi mukanya, mengalir darah segar. Dengan panik mereka berusaha menghentikannya. Tapi alangkah terkejutnya mereka ketika menyadari ternyata hidung Putri telah hilang sebelah.

“Cepat ambilkan aku cermin!” perintah Putri.

Dengan ketakutan, mereka segera menyerahkan sebuah cermin.

“Tidaakkk…!” tangis Putri pilu. “Oh Tuhan. Mukaku cacat. Bagaimana aku bisa menikah dengan Pangeran jika mukaku sejelek ini. Ia pasti tidak mau melihatku.”

Putri menangis meratapi nasibnya yang malang. Ia begitu ketakutan membayangkan kemarahan Pangeran jika ia tahu mempelainya tak secantik yang ia bayangkan. Mungkin negerinya akan diserang, karena dianggap telah berbohong. Atau hal-hal buruk lainnya. Ia tak kuasa membayangkan kesedihan ayah dan bundanya.

“Tuhan, lebih baik kau hukumlah aku. Hilangkanlah aku dari dunia ini. Aku tidak sanggup bertemu kedua orang tuaku lagi, “ ratap Putri.

Petir menyambar diiringi guntur yang menggelegar begitu Putri mengucapkan doanya. Semua yang ada di situ menjerit ketakutan. Mereka semakin ketakutan ketika melihat badan Putri secara perlahan mulai ditumbuhi sisik seperti ular. Dayang pertama segera berlari ke istana untuk memberitahu Raja dan Ratu.

“Apa? Putriku berubah menjadi ular? Bagaimana bisa?” seru Ratu sambil terisak.

“Ayolah kita segera pergi melihatnya. Mungkin kita masih bisa menolongnya,” kata Raja sambil menarik tangan istrinya. Tabib istana pun tanpa disuruh ikut berlari di belakang Raja.

Sesampainya di danau, Putri sudah tidak tampak lagi. Tinggal para dayang yang masih menangis keras mengerumuni seekor ular besar yang bergelung di atas batu besar.

“Putriku…?” seru Ratu shock.

Ular besar itu menoleh dan menjulurkan lidahnya. Dari kedua matanya mengalir air mata. Pandangannya begitu memilukan seolah-olah hendak mengucapkan maaf dan selamat tinggal.

“Putri. Apa yang terjadi nak?” tangis Raja dan Ratu.

“Cepat tolong dia tabib!” seru Raja.

Namun Ular besar itu menggelengkan kepalanya dan segera meninggalkan mereka menuju hutan. Betapapun kerasnya Raja dan Ratu memanggilnya, Putri yang malang itu tetap menghilang ditelan hutan. Sejak itu Putri tidak pernah kembali. Hal ini menjadi pelajaran bagi kita untuk selalu mengucapkan doa yang baik dan selalu berpikir tenang. Karena bagaimana seandainya kita terlanjur mengucapkan doa yang buruk dan kemudian dikabulkan? Mengerikan bukan?

Katak dan Permata

Pada suatu masa, ada seorang wanita yang telah menjanda dan memiliki dua orang putri. Putri tertua memiliki wajah dan perangai yang sangat mirip dengan ibunya sehingga orang sering berkata bahwa siapapun yang melihat putri tertua tersebut, sama dengan melihat ibunya. Mereka berdua mempunyai sifat jelek yang sama, sangat sombong dan tidak pernah menghargai orang lain.


Putri yang termuda, merupakan gambaran dari ayahnya yang telah meninggal, sama-sama memiliki sifat baik hati, senang membantu orang dan sangat sopan. Banyak yang menganggap bahwa putri termuda adalah wanita yang tercantik yang pernah mereka lihat.

Karena kecenderungan orang untuk menyukai hal yang sama dengan diri mereka, ibunya menjadi sangat sayang kepada putri yang tertua, sedangkan putri yang termuda diperlakukan dengan buruk, putri termuda sering disuruhnya bekerja tanpa henti dan tidak boleh bersama mereka makan di meja makan. Dia hanya diperbolehkan makan di ruang dapur sendiri saja.

Putri yang termuda sering dipaksa dua kali sehari untuk mengambil air dari sumur yang letaknya sangat jauh dari rumah mereka. Suatu hari ketika putri yang termuda berada di mata air ini, datanglah seorang wanita tua yang kelihatan sangat miskin, yang memintanya untuk mengambilkan dirinya air minum.

"Oh! ya, dengan senang hati," kata gadis cantik ini yang dengan segera mengambil kendinya, mengambil air dari tempat yang paling jernih di mata air tersebut, dan memberikan kepada wanita itu, sambil membantu memegang kendinya agar wanita tua itu dapat minum dengan mudah.

Setelah minum, wanita tersebut berkata kepada putri termuda:

"Kamu sangat cantik, sangat baik budi dan sangat sopan, saya tidak bisa tidak memberikan kamu hadiah." Ternyata wanita tua tersebut adalah seorang peri yang menyamar menjadi wanita tua yang miskin untuk melihat seberapa jauh kebaikan hati dan kesopanan putri termuda. "Saya akan memberikan kamu sebuah hadiah," lanjut sang Peri, "Mulai saat ini, dari setiap kata yang kamu ucapkan, dari mulutmu akan keluar sebuah bunga atau sebuah batu berharga."

Ketika putri termuda yang cantik ini pulang kerumah, dimana saat itu ibunya memarahinya karena menganggap putri termuda tersebut terlalu lama kembali dari mengambil air.

"Saya minta maaf, mama," kata putri termuda, "karena saya terlambat pulang."

Saat mengucapkan kata itu, dari mulutnya keluarlah dua buah bunga, dua buah mutiara dan dua buah permata.

"Apa yang saya lihat itu?" kata ibunya dengan sangat terkejut, "Saya melihat mutiara dan permata keluar dari mulutmu! Bagaimana hal ini bisa terjadi, anakku?"

Untuk pertama kalinya ibunya memanggilnya dengan sebutan 'anakku'.

Putri termuda kemudian menceritakan semua kejadian yang dialami secara terus terang, dan dari mulutnya juga berturut-turut keluarlah permata yang tidak terhitung jumlahnya.

"Sungguh mengagumkan," kata ibunya, "Saya harus mengirim anakku yang satu lagi kesana." Dia lalu memanggil putri tertua dan berkata "Kemarilah, lihat apa yang keluar dari mulut adikmu ketika dia berbicara. Apakah kamu tidak ingin memiliki hal yang dimiliki adikmu? Kamu harus segera berangkat ke mata air tersebut dan apabila kamu menemui wanita tua yang meminta kamu untuk mengambilkan air minum, ambilkanlah untuknya dengan cara yang sangat sopan."

"Adik termuda pasti sangat senang melihat saya mengambil air dari mata air yang jauh," katanya dengan cemberut.

"Kamu harus pergi, sekarang juga!" kata ibunya lagi.

Akhirnya putri tertua berangkat juga sambil mengomel di perjalanan, sambil membawa kendi terbaik yang terbuat dari perak.

Tidak lama kemudian dia tiba di mata air tersebut, kemudian dia melihat seorang wanita yang berpakaian sangat mewah keluar dari dalam hutan, mendekatinya, dan memintanya untuk mengambilkan air minum. Wanita ini sebenarnya adalah peri yang bertemu dengan adiknya, tetapi kali ini peri tersebut menyamar menjadi seorang putri bangsawan.

"Apakah saya datang kesini," kata putri tertua dengan sangat sombong, "hanya untuk memberikan kamu air? dan kamu pikir saya membawa kendi perak ini untuk kamu? Kalau kamu memang mau minum, kamu boleh meminumnya jika kamu merasa pantas."

"Kamu keterlaluan dan berlaku tidak sopan," jawab sang Peri, "Baiklah, mulai sekarang, karena kamu sangat tidak sopan dan sombong, saya akan memberikan kamu hadiah, dari setiap kata yang kamu ucapkan, dari mulutmu akan keluar seekor ular atau seekor katak."

Saat dia pulang, ibunya yang melihat kedatangannya dengan gembira menyambutnya dan bertanya:

"Bagaimana, anakku?"

"Bagaimana apanya, ma?" putri tertua menjawab dengan cara yang tidak sopan, dan dari mulutnya keluarlah dua ekor ular berbisa dan dua ekor katak.

"Oh! ampun," kata ibunya; "apa yang saya lihat ini? Oh! pastilah adik mu yang sengaja telah merencanakan kejadian ini, tapi dia akan mendapatkan hukumannya"; dan dengan segera dia berlari mendekati putri termudanya dan memukulnya. Putri termuda kemudian lari menjauh darinya dan bersembunyi di dalam hutan yang tidak jauh dari rumahnya agar tidak mendapat pukulan lagi.

Seorang anak Raja, yang baru kembali dari berburu di hutan, secara kebetulan bertemu dengan putri termuda yang sedang menangis. Anak Raja tersebut kagum akan kecantikan putri termuda kemudian bertanya mengapa putri tersebut sendirian di dalam hutan dan menangis terisak-isak.

"Tuanku, ibu saya telah mengusir saya dari rumah."

Saat itu, anak Raja melihat lima atau enam mutiara dan permata keluar dari mulut putri termuda, dia menjadi penasaran dan meminta putri termuda menceritakan mengapa dari mulutnya keluar permata saat berkata sesuatu. Putri termuda kemudian menceritakan semua kisahnya, dan anak Raja tersebut menjadi bertambah kagum akan kebaikan hati dan kesopanan tutur kata putri termuda. Anak Raja menjadi jatuh hati pada putri termuda dan beranggapan bahwa putri termuda sangat pantas menjadi istrinya. Anak Raja akhirnya mengajukan lamaran dan menikahi putri termuda.

Sedangkan putri tertua, membuat dirinya sendiri begitu dibenci oleh ibunya sendiri karena kelakuannya yang sangat buruk dan di usir keluar dari rumah. Putri tertua akhirnya menjadi terlantar karena tidak memiliki rumah lagi, dia lalu masuk ke dalam hutan dan mulai saat itu, orang tidak pernah mendengar kabar tentangnya lagi.

Jack dan Pohon Kacang

Dahulu, ada seorang ibu dan anak muda yang tinggal di sebuah desa. Anak muda tersebut bernama Jack. Kehidupan mereka tergolong miskin. Harta mereka yang ada hanya seekor sapi, yang lama kelamaan produksi susunya sudah berkurang. Menyadari hal itu, sang ibu pun berencana menjual sapi yang mereka miliki, kemudian uangnya akan dipergunakan untuk membeli gandum. Rencananya, gandum tersebut akan ditanam di ladang dekat rumah mereka.


Keesokan harinya, Jack membawa sapi miliknya ke pasar. Di tengah jalan menuju ke pasar, Jack bertemu dengan seorang kakek. Sang kakek menegurnya," Hai Jack, maukah engkau menukar sapimu dengan kacang ajaib ini?". "Apa, menukar sebutir kacang dengan sapiku?" kata Jack terkejut. "Jangan menghina, ya! Ini adalah kacang ajaib. Jika kau menanamnya dan membiarkannya semalam, maka pagi harinya kacang ini akan tumbuh sampai ke langit, kata kakek itu menjelaskan. "Jika begitu baiklah," jawab Jack.

Sesampainya di rumah, Ibu Jack sangat terkejut dan marah. "Benar-benar bodoh kau! Bagaimana mungkin kita hidup hanya dengan sebutir biji kacang?" Saking marahnya, sang Ibu melempar biji kacang tersebut keluar jendela. Tapi apa yang terjadi keesokan harinya? Ternyata ada pohon raksasa yang tumbuh sampai mencapai langit. "Wah, ternyata benar apa yang dikatakan oleh kakek itu, gumam Jack". Lalu dengan hati-hati ia langsung memanjat pohon raksasa itu. "Aduh, mengapa tidak sampai juga ke ujung pohon ya?" kata Jack dalam hati.

Tidak berapa lama kemudian, Jack melihat ke bawah. Ia melihat rumah-rumah menjadi sangat kecil. Akhirnya Jack sampai ke awan. Di sana ia bisa melihat sebuah istana raksasa yang mengerikan. "Aku haus dan lapar, mungkin di istana itu aku menemukan makanan," gumam Jack. Sesampainya di depan pintu istana, ia mengetuknya dengan keras. "Kriek..." pintu yang besar itu terbuka. Ketika ia menengadah, muncul seorang wanita yang besar. "Ada apa nak?", kata wanita itu. "Selamat pagi, saya haus dan lapar, bolehkah saya minta sedikit makanan?" Wah, kau anak yang sopan sekali. Masuklah! Makan di dalam saja, ya!" kata wanita itu ramah.

Ketika sedang makan, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang keras, Duk Duk! Ternyata suami wanita itu yang datang. Ia adalah Raksasa Pemakan Manusia. Dengan cepat wanita itu berkata pada Jack. "Nak, cepatlah sembunyi! Suamiku datang." "Huaaa…. Aku pulang. Cepat siapkan makan!" teriak raksasa itu. Jack menahan nafas di dalam tungku. Raksasa itu tiba-tiba mencium bau manusia. Lalu ia mengintip ke dalam tungku. Cepat-cepat istrinya berkata,"Itu bau manusia yang kita bakar kemarin. Sudahlah tenang saja. Ini makanannya sudah siap."

Setelah makan, raksasa mengeluarkan pundi-pundi yang berisi uang emas curiannya, sambil meminum minuman keras. Lalu ia mulai menghitung Tak berapa lama ia mabuk dan akhirnya tertidur. Melihat hal itu, Jack segera keluar dari persembunyiannya. Sebelum pulang, ia mengambil uang emas hasil curian si raksasa itu sambil berjalan mengendap-endap.

Jack terus menuruni pohon kacang dan akhirnya sampai di rumah. "Ibu… lihatlah emas ini. Mulai sekarang kita jadi orang kaya." "Tak mungkin kau mendapat uang sebanyak ini dengan mudah. Apa yang kamu lakukan?" Lalu Jack menceritakan semua kejadian pada ibunya. "Kau terlalu berani Jack! Bagaimana jika raksasa itu datang untuk mengambilnya kembali," kata ibunya dengan kuatir. Semenjak mendapatkan uang emas, tiap harinya Jack hanya bersantai-santai saja dengan uang curiannya. Tidak berapa lama, uang hasil curiannya pun habis. Jack kembali memanjat pohon kacang, untuk menuju ke istana. "Eh kau datang lagi. Ada apa?" kata istri raksasa itu. "Selamat siang Bu. Karena saya belum makan dari pagi, perutku jadi lapar sekali." Ibu yang baik itu diam saja, tapi ia tetap memberi Jack makan siang. Tiba-tiba…. Duk Duk Duk! Terdengar suara langkah kaki raksasa. Seperti dulu, Jack kembali bersembunyi di tungku.

Setelah masuk ke rumahnya, raksasa itu makan dengan lahapnya. Setelah itu ia meletakkan ayam hasil curiannya ke atas meja sambil berkata, "Ayam, keluarkan telur emasmu." Lalu ayam itu berkokok, "kukuruyuuk….," ia mengeluarkan sebutir telur emas. Raksasa merasa puas, ia minum sake sampai akhirnya tertidur. "Telur emas? Wah hebat!" pikir Jack. Diam-diam ia menangkap ayam itu dan cepat-cepat lari pulang ke rumah.

Dengan ayam petelur emasnya, Jack kembali bersantai-santai saja. "Daripaada kau mencuri, lebih baik bekerja di ladang saja", kata Ibu Jack. Karena tiap hari ayam itu mengeluarkan telur lebih dari seharusnya, ayam itupun mati. Jack kembali lagi ke istana raksasa itu. Dan lagi-lagi ia bersembunyi di tungku, ketika raksasa laki-laki pulang sambil membawa harpa. Sambil minum sake, raksasa berkata," Hai harpa, mainkan sebuah melodi yang indah." Keajaiban pun terjadi, harpa itu memainkan sendiri sebuah melodi indah. Lagu itu membuat sang raksasa tertidur.

Jack mempunyai niat mencuri harpa itu. Ia pun mengulurkan tangannya, tapi…"Tuan, ada pencuri…" tiba-tiba harpa itu berteriak. Raksasa itu pun terbangun. Ia segera mengejar Jack yang berlari sambil membawa harpa milik raksasa itu. Raksasa terus mengejar, menuruni pohon kacang. Ketika hampir sampai di bawah, Jack berteriak dengan suara kera. "Ibuu…. Ambilkan kapak dari gudang! cepat! cepat! Betapa terkejutnya sang Ibu melihat sosok raksasa yang datang mengejar Jack, ia gemetar karena amat takut. Begitu turun dari pohon, Jack segera menebang pohon kacang itu dengan kapaknya.

Dengan suara yang keras, pohon kacang rubuh. Raksasa itu pun jatuh ke tanah, dan mati. Ibu sangat lega melihat Jack selamat. Sambil mengangis ia berkata : "Jack, jangan lagi kau melakukan hal yang menyeramkan seperti ini. Betapapun miskinnya kita bekerjalah dengan sungguh-sungguh. Dengan bersyukur kepada Tuhan, pasti kita berdua akan hidup dengan baik." "Maafkan saya Ibu, mulai sekarang saya akan bekerja dengan sungguh-sungguh, kata Jack pada Ibunya."

Sejak saat itu, Jack bekerja dengan rajin setiap harinya. Di sebelahnya, harpa memainkan melodi-melodi indah yang menambah semangat kerja Jack. Cerita tentang harpa ajaib telah menyebar ke seluruh pelosok negeri. Pada suatu hari, seorang putri cantik datang mengunjungi Jack. Tidak seperti biasanya, harpa memainkan sebuah melodi indah yang membuat sang Putri terpesona. Lalu harpa bernyanyi : "Kalau Putri dan Jack menikah, akan berbahagia." Mendengar lagu itu, pipi sang Putri memerah. Akhirnya Jack menikah dengan Putri yang cantik tersebut berkat bantuan harpanya. Sejak saat itu Jack menjadi seorang raja yang suka menolong orang-orang yang kesusahan.

Ikan Emas Ajaib

Jaman dahulu kala, di sebuah pulau bernama Buyan, tinggalah sepasang kakek dan nenek yang sangat miskin. Mata pencaharian si kakek adalah mencari ikan di laut. Meski hampir setiap hari kakek pergi menjala ikan, namun hasil yang didapat hanya cukup untuk makan sehari-hari saja. Suatu hari ketika si kakek sedang menjala ikan, tiba-tiba jalanya terasa sangat berat. Seperti ada ikan raksasa yang terperangkap di dalamnya.


"Ah, pasti ikan yang sangat besar," pikir si kakek.

Dengan sekuat tenaga si kakek menarik jalanya. Namun ternyata tidak ada apapun kecuali seekor ikan kecil yang tersangkut di jalanya. Rupanya ikan kecil itu bukan ikan biasa, badannya berkilau seperti emas dan bisa berbicara seperti layaknya manusia.

"Kakek, tolong lepaskan aku. Aku akan mengabulkan semua permintaanmu!" kata si ikan emas.

Si kakek berpikir sejenak, lalu katanya, "aku tidak memerlukan apapun darimu, tapi aku akan melepaskanmu. Pergilah!".

Kakek melepaskan ikan emas itu kembali ke laut, lalu dia pun kembali pulang. Sesampainya di rumah, nenek menanyakan hasil tangkapan kakek.

"Hari ini aku hanya mendapatkan satu ekor ikan emas, dan itupun sudah aku lepas kembali," kata kakek, "aku yakin kalau itu adalah ikan ajaib, karena dia bisa berbicara. Katanya dia akan memberiku imbalan jika aku mau melepaskannya."

"Lalu apa yang kau minta," tanya nenek.

"Tidak ada," kata kakek.

"Oh, alangkah bodohnya!" seru nenek. "Setidaknya kau bisa meminta roti untuk kita makan. Pergilah dan minta padanya!"

Maka dengan segan kakek kembali ke tepi pantai dan berseru:

Wahai ikan emas ajaib,Datanglah kemari...Kabulkan keinginan kami!Tiba-tiba si ikan emas muncul di permukaan laut. "Apa yang kau inginkan, kek?" katanya.

"Istriku marah padaku, berikan aku roti untuk makan malam, maka dia akan memaafkanku!" pinta si kakek.

"Pulanglah! Aku telah mengirimkan roti yang banyak ke rumahmu." kata si ikan.

Maka pulanglah si kakek. Setibanya di rumah, didapatinya meja makan telah penuh dengan roti.

Tapi istrinya masih tampak marah padanya, katanya:

"Kita telah punya banyak roti, tapi wastafel kita rusak, aku tidak bisa mencuci piring. Pergilah kembali ke laut, dan mintalah ikan ajaib memberikan kita wastafel yang baru!" kata nenek.

Terpaksa si kakek kembali ke tepi laut dan berseru:

Wahai ikan emas ajaib,Datanglah kemari...Kabulkan keinginan kami!"ups!" ikan emas muncul, "Apa lagi yang kau inginkan, kek?"

"Nenek menyuruhku memintamu agar memberikan kami wastafel yang baru," pinta kakek.

"Baiklah," kata ikan. "Kau boleh memiliki wastafel baru juga."

Si kakek pun kembali pulang. Belum lagi menginjak halaman, si nenek sudah menghadangnya. "Pergilah lagi! Mintalah pada si ikan emas untuk membuatkan kita sebuah rumah baru. Kta tidak bisa tinggal di sini terus, rumah ini sudah hampir roboh."

Maka si kakek pun kembali ke tepi laut dan berseru:

Wahai ikan emas ajaib,Datanglah kemari...Kabulkan keinginan kami!Dalam sekejap ikan emas itu muncul di hadapan si kakek, "apa yang kau inginkan lagi, kakek?"

"Buatkanlah kami rumah baru!" pinta kakek, "istriku sangat marah, dia tidak ingin tinggal di rumah kami yang lama karena rumah itu sudah hampir roboh."

"Tenanglah kek! Pulanglah! Keinginanmu sudah kukabulkan."

Kakek pun pulang. Sesampainya di rumah, dilihatnya bahwa rumahnya telah menjadi baru. Rumah yang indah dan terbuat dari kayu yang kuat. Dan di depan pintu rumah itu, nenek sedang menunggunya dengan wajah yang tampak jauh lebih marah dari sebelumnya.

"Dasar kakek bodoh! Jangan kira aku akan merasa puas hanya dengan membuatkanku rumah baru ini. Pergilah kembali, dan mintalah pada ikan emas itu bahwa aku tidak mau menjadi istri nelayan. Aku ingin menjadi nyonya bangsawan. Sehingga orang lain akan menuruti keinginanku dan menghormatiku!"

Untuk kesekian kalinya, si kakek kembali ke tepi laut dan berseru:

Wahai ikan emas ajaib,Datanglah kemari...Kabulkan keinginan kami!Dalam sekejap ikan emas itu muncul di hadapan si kakek, "apa yang kau inginkan lagi, kakek?"

"Istriku tidak bisa membuatku tenang. Dia bahkan semakin marah. Katanya dia sudah lelah menjadi istri nelayan dan ingin menjadi nyonya bangsawan" pinta kakek

"Baiklah. Pulanglah! Keinginanmu sudah dikabulkan!" kata ikan emas.

Alangkah terkejutnya si kakek ketika kembali ternyata kini rumahnya telah berubah menjadi sebuah rumah yang megah. Terbuat dari batu yang kuat, tiga lantai tingginya, dengan banyak sekali pelayan di dalamnya. Si kakek melihat istrinya sedang duduk di sebuah kursi tinggi sibuk memberi perintah kepada para pelayan.

"halo istriku," sapa si kakek.

"Betapa tidak sopannya," kata si nenek. "Berani sekali kau mengaku sebagai suamiku. Pelayan! Bawa dia ke gudang dan beri dia 40 cambukan!"

Segera saja beberapa pelayan menyeret si kakek ke gudang dan mencambuknya sampai si kakek hampir tidak bisa berdiri. Hari berikutnya istrinya memerintahkan kakek untuk bekerja sebagai tukang kebun. Tugasnya adalah menyapu halaman dan merawat kebun. "Dasar perempuan jahat!" pikir si kakek. "Aku sudah memberikan dia keberuntungan tapi dia bahkan tidak mau mengakuiku sebagai suaminya."

Lama kelamaan si nenek bosan menjadi nyonya bangsawan, maka dia kembali memanggil si kakek: "Hai lelaki tua, pergilah kembali kepada ikan emasmu dan katakan ini padanya: aku tidak mau lagi menjadi nyonya bangsawan, aku mau menjadi ratu."

Maka kembalilah si kakek ke tepi laut dan berseru"

Wahai ikan emas ajaib,Datanglah kemari...Kabulkan keinginan kami!Dalam sekejap ikan emas itu muncul di hadapan si kakek, "apa yang kau inginkan lagi, kakek?"

"Istriku semakin keterlaluan. Dia tidak ingin lagi menjadi nyonya bangsawan, tapi ingin menjadi ratu."

"Baiklah. Pulanglah! Keinginanmu sudah dikabulkan!" kata ikan emas.

Sesampainya kakek di tempat dulu rumahnya berdiri, kini tampak olehnya sebuah istana beratap emas dengan para penjaga berlalu lalang. Istrinya yang kini berpakainan layaknya seorang ratu berdiri di balkon dikelilingi para jendral dan gubernur. Dan begitu dia mengangkat tangannya, drum akan berbunyi diiringi musik dan para tentara akan bersorak sorai.

Setelah sekian lama, si nenek kembali bosan menjadi seorang ratu. Maka dia memerintahkan para jendral untuk menemukan si kakek dan membawanya ke hadapannya. Seluruh istana sibuk mencari si kakek. Akhirnya mereka menemukan kakek di kebun dan membawanya menghadap ratu.

"Dengar lelaki tua! Kau harus pergi menemui ikan emasmu! Katakan padanya bahwa aku tidak mau lagi menjadi ratu. Aku mau menjadi dewi laut sehingga semua laut dan ikan-ikan di seluruh dunia menuruti perintahku."

Kakek terkejut mendengar permintaan istrinya, dia mencoba menolaknya. Tapi apa daya nyawanya adalah taruhannya, maka dia terpaksa kembali ke tepi laut dan berseru:

Wahai ikan emas ajaib,Datanglah kemari...Kabulkan keinginan kami!Kali ini si ikan emas tidak muncul di hadapannya. Kakek mencoba memanggil lagi, namun si ikan emas tetap tidak mau muncul di hadapannya. Dia mencoba memanggil untuk ketiga kalinya. Tiba-tiba laut mulai bergolak dan bergemuruh. Dan ketika mulai mereda muncullah si ikan emas, "apa yang kau inginkan lagi, kakek?"

"Istriku benar-benar telah menjadi gila," kata kakek. "Dia tidak mau lagi menjadi ratu tapi ingin menjadi dewi laut yang bisa mengatur lautan dan memerintah semua ikan."

Si ikan emas terdiam dan tanpa mengatakan apapun dia kembali menghilang ke dalam laut. Si kakek pun terpaksa kembali pulang. Dia hampir tidak percaya pada penglihatannya ketika menyadari bahwa istana yang megah dan semua isinya telah hilang. Kini di tempat itu, berdiri sebuah gubuk reot yang dulu ditinggalinya. Dan di dalamnya duduklah si nenek dengan pakaiannya yang compang-camping. Mereka kembali hidup seperti dulu. Kakek kembali melaut. Namun seberapa kerasnya pun dia bekerja. hasil yang didapat hanya cukup untuk makan sehari-hari saja.

Gendang Ajaib

Dahulu kala di Jepang, hiduplah seorang pemuda bernama Hikaru. Kedua orang tua mereka telah lama meninggal. Hikaru sangat rajin membantu kakaknya menjual kayu di pasar. Tiap hari, ia masuk ke hutan untuk mencari kayu.


Suatu hari, saat ia berada di hutan, tiba-tiba terdengar rintihan kesakitan. Hikaru segera mencari asal suara itu. Dan, tampak seorang kakek tertindih dahan besar.

"Nak!" pinta si kakek saat melihat Hikaru. "Tolong aku! Aku sudah tak tahan lagi."

Hikaru segera menolong kakek itu. Ia memakai sebatang kayu untuk mencungkil dahan pohon.

"Kek, aku akan menghitung sampai tiga. Pada hitungan ke tiga, Kakek lompat keluar ya!" Si kakek mengangguk.

Dengan sekuat tenaga, Hikaru mencungkil dahan besar itu. Akhirnya si kakek berhasil keluar.

"Kau sangat baik, Nak! Hadiah apa yang kau inginkan?" tanya si kakek gembira.

"Hho… hho," Hikaru terengah-engah. "Tidak perlu, Kek. Aku ikhlas menolong."

Kakek itu lalu mengambil sebuah gendang kecil dari kayu. Di kedua sisinya bergambar naga yang terbuat dari kulit kambing. Yang satu berlatar belakang warna kuning, yang satu lagi ungu.

"Aku hanya punya gendang ajaib ini. Terimalah!"

"Ajaib?" tanya Hikaru heran.

Tetapi pertanyaan tidak dijawab. Sang kakek langsung hilang sekejap mata.

"Hiii… hantuuu…" Ia berlari keluar hutan.

Esoknya Hikaru tak mau lagi ke hutan. Takut mengalami hal seperti kemarin. Sorenya, Hikaru tidur-tiduran di bukit belakang gubuknya. Ia termenung memikirkan bagaimana cara membantu kakaknya selagi tidak ke hutan. Mendadak terbayang wajah kakek yang pernah ditolongnya. "Tak mungkin ia mencelakakanku. Aku kan pernah menolongnya," pikir Hikaru lalu merogoh gendang pemberian si kakek dari tasnya. "Apa benar ini gendang ajaib?" Hikaru mengamati gendang itu.

Ia memukul sisi yang kuning. "Tidak terjadi apa-apa?"

Ia memukul sisi ungu satu kali. Tidak ada yang berubah. Dia memukul sisi ungu sekali lagi. Sekonyong-konyong hidungnya panjang. "Aaah!" Hikaru kaget dan melepas gendang itu. "Hidungku! Kenapa panjang begini?" ia panik.

Ia meraih kembali gendang tadi. Dengan ragu ia memukul sisi kuning. Mendadak hidungnya yang panjang memendek. Akhirnya normal kembali. Hikaru lega.

"Ah, aku mengerti sekarang. Ini adalah Gendang Pemanjang Hidung yang ramai dibicarakan orang. Ah, asyik juga untuk mainan!"

Hikaru memanjangkan dan memendekkan hidung sambil tidur-tiduran. Ia mengarahkan hidungnya ke langit. Ia menabuh gendang itu bertalu-talu sampai hidungnya menembus awan. Setelah puas, ia memukul sisi kuning untuk menormalkan hidungnya.

"Lho, kok tidak bisa balik?!" serunya panik. Hari mulai gelap. Hikaru mencoba memukul gendang itu sebanyak mungkin. Sekonyong-konyong tubuhnya melesat cepat.

"Aaaah!" teriak Hikaru.

Beberapa saat kemudian, setelah menembus awan, ia melihat sebuah istana kecil di langit. Tubuhnya berhenti melesat dan hidungnya normal kembali. Namun ia melihat ada ikatan tali di ujung hidungnya. Rupanya ada seseorang yang mengikat hidungnya di sebuah tiang. Di dekat rumah itu ada pria berjanggut sedang menyiram air. "Hei!" seru Hikaru. "Kenapa kau mengikat hidungku?"

Orang itu tergopoh-gopoh menghampiri Hikaru.

"Oh, maaf. Aku tidak tahu itu hidungmu. Kukira itu tangga buatan dewa langit untuk turun ke bumi."

"Jadi kau dewa, ya?" Hikaru mengamati orang itu.

"Betul, aku Dewa Hujan, " ujarnya memperkenalkan diri.

"Kau siapa, manusia bumi?"

"Saya Hikaru!"

"Begini saja," tawarnya. "Kamu tinggal di sini, membantuku memberi hujan pada penduduk bumi. Bagaimana?"

Setelah berpikir, Hikaru berkata, "Baiklah, Dewa. Tapi hanya untuk sementara kan. Soalnya aku harus membantu kakakku mencari nafkah."

Esok siangnya, Hikaru mulai membantu Dewa menurunkan hujan ke bumi. "Aku mau menurunkan hujan di desaku!" pintanya pada Dewa. Sang Dewa mengangguk. Dari atas awan ia membuang air langit dengan baskom besar. "Horeee!" teriaknya ketika melihat penduduk di desanya kegirangan menyambut hujan. "Eh, itu kakakku!" serunya. Tampak kakaknya lari tunggang langgang menyelamatkan pakaian yang sedang dijemur.

Tiba-tiba, "Aaaaah!" karena kurang hati-hati, pijakan kakinya lepas dari awan. Hikaru terjatuh. Badannya melayang-layang di angkasa. Ia diterbangkan angin ke negeri yang jauh sekali.

Buuk! Hikaru jatuh tepat di atas jerami kandang kuda istana. "Waduh, sakit!" jeritnya. "Negeri apa, ini?" tanyanya dalam hati. Ia berjalan mengelilingi tempat itu.

Tiba-tiba tampak seorang putri cantik melintasi taman.

"Wah, cantik sekali dia!" Hikaru bersembunyi di balik pohon. "Andai ia jadi istriku!"

Hikaru mendapat akal. Ia mengambil gendangnya dan memukul sisi yang ungu. Seketika hidung sang putri menjadi panjang. Putri pun pingsan melihat hidungnya.

Sore itu juga, disebarkan pengumuman oleh kerajaan. Bunyinya, "Barang siapa yang bisa mengobati sakit putri, jika lelaki akan dijadikan suami, jika perempuan akan dijadikan sudara."

Berbondong-bondong tabib datang ke istana. Akan tetapi semua menyerah. Salah seorang dukun berkata, "Ini hanya bisa disembuhkan dengan gendang ajaib."

Hikaru lalu datang ke istana. Di pintu gerbang ia tidak diperbolehkan masuk ke istana. Penjaga gerbang menyangka Hiraku hanya bermain-main. Sebab tidak seperti tabib. Tetapi, setelah memperlihatkan gendangnya, ia lantas diperbolehkan masuk. Hikaru memukul sekali sisi kuning gendangnya. Hidung sang putri langsung memendek. Dan sesuai janji, raja menikahkan putrinya dengan Hikaru. Tentu saja Hikaru tak lupa menjemput kakaknya, dan mereka hidup bahagia di istana.

Cinderella

Di sebuah kerajaan, ada seorang anak perempuan yang cantik dan baik hati. Ia tinggal bersama ibu dan kedua kakak tirinya, karena orangtuanya sudah meninggal dunia. Di rumah tersebut ia selalu disuruh mengerjakan seluruh perkerjaan rumah. Ia selalu dibentak dan hanya diberi makan satu kali sehari oleh ibu tirinya. Kakak-kakaknya yang jahat memanggilnya "Cinderela". Cinderela artinya gadis yang kotor dan penuh dengan debu. "Nama yang cocok buatmu !" kata mereka.


Setelah beberapa lama, pada suatu hari datang pengawal kerajaan yang menyebarkan surat undangan pesta dari Istana. "Asyik… kita akan pergi dan berdandan secantik-cantiknya. Kalau aku jadi putri raja, ibu pasti akan gembira", kata mereka. Hari yang dinanti tiba, kedua kakak tiri Cinderela mulai berdandan dengan gembira. Cinderela sangat sedih sebab ia tidak diperbolehkan ikut oleh kedua kakaknya ke pesta di Istana. "Baju pun kau tak punya, apa mau pergi ke pesta dengan baju sepert itu?", kata kakak Cinderela.

Setelah semua berangkat ke pesta, Cinderela kembali ke kamarnya. Ia menangis sekeras-kerasnya karena hatinya sangat kesal. "Aku tidak bisa pergi ke istana dengan baju kotor seperti ini, tapi aku ingin pergi.." Tidak berapa lama terdengar sebuah suara. "Cinderela, berhentilah menangis." Ketika Cinderela berbalik, ia melihat seorang peri. Peri tersenyum dengan ramah. "Cinderela bawalah empat ekor tikus dan dua ekor kadal." Setelah semuanya dikumpulkan Cinderela, peri membawa tikus dan kadal tersebut ke kebun labu di halaman belakang. "Sim salabim!" sambil menebar sihirnya, terjadilah suatu keajaiban. Tikus-tikus berubah menjadi empat ekor kuda, serta kadal-kadal berubah menjadi dua orang sais. Yang terakhir, Cinderela berubah menjadi Putri yang cantik, dengan memakai gaun yang sangat indah.

Karena gembiranya, Cinderela mulai menari berputar-putar dengan sepatu kacanya seperti kupu-kupu. Peri berkata,"Cinderela, pengaruh sihir ini akan lenyap setelah lonceng pukul dua belas malam berhenti. Karena itu, pulanglah sebelum lewat tengah malam. "Ya Nek. Terimakasih," jawab Cinderela. Kereta kuda emas segera berangkat membawa Cinderela menuju istana. Setelah tiba di istana, ia langsung masuk ke aula istana. Begitu masuk, pandangan semua yang hadir tertuju pada Cinderela. Mereka sangat kagum dengan kecantikan Cinderela. "Cantiknya putrid itu! Putri dari negara mana ya ?" Tanya mereka. Akhirnya sang Pangeran datang menghampiri Cinderela. "Putri yang cantik, maukah Anda menari dengan saya ?" katanya. "Ya…," kata Cinderela sambil mengulurkan tangannya sambil tersenyum. Mereka menari berdua dalam irama yang pelan. Ibu dan kedua kakak Cinderela yang berada di situ tidak menyangka kalau putrid yang cantik itu adalah Cinderela.

Pangeran terus berdansa dengan Cinderela. "Orang seperti andalah yang saya idamkan selama ini," kata sang Pangeran. Karena bahagianya, Cinderela lupa akan waktu. Jam mulai berdentang 12 kali. "Maaf Pangeran saya harus segera pulang..,". Cinderela menarik tangannya dari genggaman pangeran dan segera berlari ke luar Istana. Di tengah jalan, sepatunya terlepas sebelah, tapi Cinderela tidak memperdulikannya, ia terus berlari. Pangeran mengejar Cinderela, tetapi ia kehilangan jejak Cinderela. Di tengah anak tangga, ada sebuah sepatu kaca kepunyaan Cinderela. Pangeran mengambil sepatu itu. "Aku akan mencarimu," katanya bertekad dalam hati. Meskipun Cinderela kembali menjadi gadis yang penuh debu, ia amat bahagia karena bisa pergi pesta.

Esok harinya, para pengawal yang dikirim Pangeran datang ke rumah-rumah yang ada anak gadisnya di seluruh pelosok negeri untuk mencocokkan sepatu kaca dengan kaki mereka, tetapi tidak ada yang cocok. Sampai akhirnya para pengawal tiba di rumah Cinderela. "Kami mencari gadis yang kakinya cocok dengan sepatu kaca ini," kata para pengawal. Kedua kakak Cinderela mencoba sepatu tersebut, tapi kaki mereka terlalu besar. Mereka tetap memaksa kakinya dimasukkan ke sepatu kaca sampai lecet. Pada saat itu, pengawal melihat Cinderela. "Hai kamu, cobalah sepatu ini," katanya. Ibu tiri Cinderela menjadi marah," tidak akan cocok dengan anak ini!". Kemudian Cinderela menjulurkan kakinya. Ternyata sepatu tersebut sangat cocok. "Ah! Andalah Putri itu," seru pengawal gembira. "Cinderela, selamat..," Cinderela menoleh ke belakang, peri sudah berdiri di belakangnya. "Mulai sekarang hiduplah berbahagia dengan Pangeran. Sim salabim!.," katanya.

Begitu peri membaca mantranya, Cinderela berubah menjadi seorang Putri yang memakai gaun pengantin. "Pengaruh sihir ini tidak akan hilang walau jam berdentang dua belas kali", kata sang peri. Cinderela diantar oleh tikus-tikus dan burung yang selama ini menjadi temannya. Sesampainya di Istana, Pangeran menyambutnya sambil tersenyum bahagia. Akhirnya Cinderela menikah dengan Pangeran dan hidup berbahagia.

Cincin Sang Puteri

Beratus-ratus tahun yang lalu ada seorang raja dan ratu yang memiliki seorang putri yang sangat cantik. Kini sang putri sudah beranjak dewasa dan sudah saatnya untuk menikah. Raja mengadakan sayembara bahwa siapapun yang bisa mengambil cincin yang ada di jari manis sang putri tanpa ketahuan, boleh menikahi putri.


Semua pemuda dari seluruh penjuru negeri memutar otak untuk bisa memenangkan sayembara, Namun sejauh ini belum ada yang bisa memikirkan bagaimana melepaskan cincin dari jari putri tanpa diketahui. Masalahnya putri tidak pernah jauh dari ayahnya. Kemanapun putri pergi, raja pasti menyertainya.

Suatu hari seorang tukang bernama Fedko datang menemui raja.

“Paduka, saya bisa mengambil cincin tuan putri,” katanya.
“Lakukan! Dan putriku jadi milikmu!” kata raja.

Lalu Fedko pergi menemui pamannya di desa.

“Saya harus bisa mengambil cincin sang putri, tapi sepertinya sangat sulit karena putri selalu berada di dalam istana dan selalu dijaga ketat,” kata fedko.

Paman Fedko berusaha menolong fedko. Dia berpikir dan berpikir. Lalu pada hari ketiga dia berkata kepada Fedko.

“Kita harus membuat jam yang sangat besar sehingga kamu bisa masuk ke dalamnya. Lalu kau harus memainkan musik dengan serulingmu. Saat putri mendengarnya, dia pasti akan membeli jam ini.”

Selama seminggu Fedko dan pamannya bekerja keras untuk membuat jam yang sangat besar. Setelah selesai paman Fedko mengunci Fedko di dalam jam tersebut, lalu membawanya ke alun-alun untuk dijual.

Kebetulan saat itu di alun-alun sedang diadakan perayaan. Maka suasana disana pun sangat ramai. Raja dan putri pun datang ke acara tersebut. Saat mereka melewati tempat dimana jam berisi Fedko berada, putri mendengar tiupan seruling yang sangat merdu.

“Wah merdu sekali suara seruling ini. Ayah, saya ingin jam itu,” kata putri.

Raja lalu menukar jam besar itu dengan sekantung uang emas. Dan para pelayan membawa jam besar tersebut ke dalam kamar sang putri.

Putri sangat senang sehingga dia duduk seharian di depan jam, dan menikmati alunan seruling Fedko. Saat putri tertidur, Fedko keluar dari jam dan mencuri cincin di jari putri lalu kembali masuk ke dalam jam.

Esoknya Fedko kembali meniup serulingnya, tapi karena sudah kelelahan maka irama yang dimainkannya tidak semerdu kemarin, lalu beberapa saat kemudian Fedko berhenti meniup serulingnya.

Putri bergegas menemui ayahnya.

“Jamnya rusak ayah! Musiknya berhenti,” tangisnya

“Aku akan memanggil penjualnya, dia pasti bisa memperbaikinya,” kata raja.

Raja segera memanggil paman Fedko. Lalu paman Fedko membawa jam tersebut kembali ke rumahnya dan mengeluarkan Fedko dari dalamnya. Setelah memperbaiki jam tesebut sehingga tetap bisa mengeluarkan musik tanpa Fedko di dalamnya, paman Fedko mengantarkan kembali jam tersebut ke istana.

Suatu hari raja menyadari bahwa cincin sang putri telah hilang.

“Saya tidak tahu ayah, mungkin ada seseorang yang mencurinya,” kata putri.

Raja segera menyuruh para pelayan menyebarkan pengumuman untuk mengundang orang yang telah berhasil mengambil cincin sang putri.

Fedko segera datang ke istana dan menyerahkan cincin putri yang dicurinya. Raja menepati janjinya dan menikahkan Fedko dengan putri. Pesta besar-besaran pun digelar. Dan Itulah akhir dari cerita ini.

Kisah Bawang Putih N Bawang Merah

Jaman dahulu kala di sebuah desa tinggal sebuah keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu dan seorang gadis remaja yang cantik bernama bawang putih. Mereka adalah keluarga yang bahagia. Meski ayah bawang putih hanya pedagang biasa, namun mereka hidup rukun dan damai. Namun suatu hari ibu bawang putih sakit keras dan akhirnya meninggal dunia. Bawang putih sangat berduka demikian pula ayahnya.


Di desa itu tinggal pula seorang janda yang memiliki anak bernama Bawang Merah. Semenjak ibu Bawang putih meninggal, ibu Bawang merah sering berkunjung ke rumah Bawang putih. Dia sering membawakan makanan, membantu bawang putih membereskan rumah atau hanya menemani Bawang Putih dan ayahnya mengobrol. Akhirnya ayah Bawang putih berpikir bahwa mungkin lebih baik kalau ia menikahi saja ibu Bawang merah supaya Bawang putih tidak kesepian lagi. Maka ayah Bawang putih kemudian menikah dengan ibu Bawang merah. Mulanya ibu Bawang merah dan bawang merah sangat baik kepada Bawang putih. Namun lama kelamaan sifat asli mereka mulai kelihatan. Mereka kerap memarahi bawang putih dan memberinya pekerjaan berat jika ayah Bawang Putih sedang pergi berdagang. Bawang putih harus mengerjakan semua pekerjaan rumah, sementara Bawang merah dan ibunya hanya duduk-duduk saja. Tentu saja ayah Bawang putih tidak mengetahuinya, karena Bawang putih tidak pernah menceritakannya.

Suatu hari ayah Bawang putih jatuh sakit dan kemudian meninggal dunia. Sejak saat itu Bawang merah dan ibunya semakin berkuasa dan semena-mena terhadap Bawang putih. Bawang putih hampir tidak pernah beristirahat. Dia sudah harus bangun sebelum subuh, untuk mempersiapkan air mandi dan sarapan bagi Bawang merah dan ibunya. Kemudian dia harus memberi makan ternak, menyirami kebun dan mencuci baju ke sungai. Lalu dia masih harus menyetrika, membereskan rumah, dan masih banyak pekerjaan lainnya. Namun Bawang putih selalu melakukan pekerjaannya dengan gembira, karena dia berharap suatu saat ibu tirinya akan mencintainya seperti anak kandungnya sendiri.

Pagi ini seperti biasa Bawang putih membawa bakul berisi pakaian yang akan dicucinya di sungai. Dengan bernyanyi kecil dia menyusuri jalan setapak di pinggir hutan kecil yang biasa dilaluinya. Hari itu cuaca sangat cerah. Bawang putih segera mencuci semua pakaian kotor yang dibawanya. Saking terlalu asyiknya, Bawang putih tidak menyadari bahwa salah satu baju telah hanyut terbawa arus. Celakanya baju yang hanyut adalah baju kesayangan ibu tirinya. Ketika menyadari hal itu, baju ibu tirinya telah hanyut terlalu jauh. Bawang putih mencoba menyusuri sungai untuk mencarinya, namun tidak berhasil menemukannya. Dengan putus asa dia kembali ke rumah dan menceritakannya kepada ibunya.

“Dasar ceroboh!” bentak ibu tirinya. “Aku tidak mau tahu, pokoknya kamu harus mencari baju itu! Dan jangan berani pulang ke rumah kalau kau belum menemukannya. Mengerti?”

Bawang putih terpaksa menuruti keinginan ibun tirinya. Dia segera menyusuri sungai tempatnya mencuci tadi. Matahari sudah mulai meninggi, namun Bawang putih belum juga menemukan baju ibunya. Dia memasang matanya, dengan teliti diperiksanya setiap juluran akar yang menjorok ke sungai, siapa tahu baju ibunya tersangkut disana. Setelah jauh melangkah dan matahari sudah condong ke barat, Bawang putih melihat seorang penggembala yang sedang memandikan kerbaunya. Maka Bawang putih bertanya: “Wahai paman yang baik, apakah paman melihat baju merah yang hanyut lewat sini? Karena saya harus menemukan dan membawanya pulang.”

“Ya tadi saya lihat nak. Kalau kamu mengejarnya cepat-cepat, mungkin kau bisa mengejarnya,” kata paman itu.

“Baiklah paman, terima kasih!” kata Bawang putih dan segera berlari kembali menyusuri tepi sungai.

Hari sudah mulai gelap, Bawang putih sudah mulai putus asa. Sebentar lagi malam akan tiba, dan Bawang putih. Dari kejauhan tampak cahaya lampu yang berasal dari sebuah gubuk di tepi sungai. Bawang putih segera menghampiri rumah itu dan mengetuknya.

“Permisi…!” kata Bawang putih. Seorang perempuan tua membuka pintu.

“Siapa kamu nak?” tanya nenek itu.

“Saya Bawang putih nek. Tadi saya sedang mencari baju ibu saya yang hanyut. Dan sekarang kemalaman. Bolehkah saya tinggal di sini malam ini?” tanya Bawang putih.

“Boleh nak. Apakah baju yang kau cari berwarna merah?” tanya nenek.

“Ya nek. Apa…nenek menemukannya?” tanya Bawang putih.

“Ya. Tadi baju itu tersangkut di depan rumahku. Sayang, padahal aku menyukai baju itu,” kata nenek. “Baiklah aku akan mengembalikannya, tapi kau harus menemaniku dulu disini selama seminggu. Sudah lama aku tidak mengobrol dengan siapapun, bagaimana?” pinta nenek.

Bawang putih berpikir sejenak. Nenek itu kelihatan kesepian. Bawang putih pun merasa iba.

“Baiklah nek, saya akan menemani nenek selama seminggu, asal nenek tidak bosan saja denganku,” kata Bawang putih dengan tersenyum.

Selama seminggu Bawang putih tinggal dengan nenek tersebut. Setiap hari Bawang putih membantu mengerjakan pekerjaan rumah nenek. Tentu saja nenek itu merasa senang. Hingga akhirnya genap sudah seminggu, nenek pun memanggil bawang putih.

“Nak, sudah seminggu kau tinggal di sini. Dan aku senang karena kau anak yang rajin dan berbakti. Untuk itu sesuai janjiku kau boleh membawa baju ibumu pulang. Dan satu lagi, kau boleh memilih satu dari dua labu kuning ini sebagai hadiah!” kata nenek.

Mulanya Bawang putih menolak diberi hadiah tapi nenek tetap memaksanya. Akhirnya Bawang putih memilih labu yang paling kecil. “Saya takut tidak kuat membawa yang besar,” katanya. Nenek pun tersenyum dan mengantarkan Bawang putih hingga depan rumah.

Sesampainya di rumah, Bawang putih menyerahkan baju merah milik ibu tirinya sementara dia pergi ke dapur untuk membelah labu kuningnya. Alangkah terkejutnya bawang putih ketika labu itu terbelah, didalamnya ternyata berisi emas permata yang sangat banyak. Dia berteriak saking gembiranya dan memberitahukan hal ajaib ini ke ibu tirinya dan bawang merah yang dengan serakah langsun merebut emas dan permata tersebut. Mereka memaksa bawang putih untuk menceritakan bagaimana dia bisa mendapatkan hadiah tersebut. Bawang putih pun menceritakan dengan sejujurnya.

Mendengar cerita bawang putih, bawang merah dan ibunya berencana untuk melakukan hal yang sama tapi kali ini bawang merah yang akan melakukannya. Singkat kata akhirnya bawang merah sampai di rumah nenek tua di pinggir sungai tersebut. Seperti bawang putih, bawang merah pun diminta untuk menemaninya selama seminggu. Tidak seperti bawang putih yang rajin, selama seminggu itu bawang merah hanya bermalas-malasan. Kalaupun ada yang dikerjakan maka hasilnya tidak pernah bagus karena selalu dikerjakan dengan asal-asalan. Akhirnya setelah seminggu nenek itu membolehkan bawang merah untuk pergi. “Bukankah seharusnya nenek memberiku labu sebagai hadiah karena menemanimu selama seminggu?” tanya bawang merah. Nenek itu terpaksa menyuruh bawang merah memilih salah satu dari dua labu yang ditawarkan. Dengan cepat bawang merah mengambil labu yang besar dan tanpa mengucapkan terima kasih dia melenggang pergi.

Sesampainya di rumah bawang merah segera menemui ibunya dan dengan gembira memperlihatkan labu yang dibawanya. Karena takut bawang putih akan meminta bagian, mereka menyuruh bawang putih untuk pergi ke sungai. Lalu dengan tidak sabar mereka membelah labu tersebut. Tapi ternyata bukan emas permata yang keluar dari labu tersebut, melainkan binatang-binatang berbisa seperti ular, kalajengking, dan lain-lain. Binatang-binatang itu langsung menyerang bawang merah dan ibunya hingga tewas. Itulah balasan bagi orang yang serakah.

Aladin dan Lampu Ajaib

Dahulu kala, di kota Persia, seorang Ibu tinggal dengan anak laki-lakinya yang bernama Aladin. Suatu hari datanglah seorang laki-laki mendekati Aladin yang sedang bermain. Kemudian laki-laki itu mengakui Aladin sebagai keponakannya. Laki-laki itu mengajak Aladin pergi ke luar kota dengan seizin ibu Aladin untuk membantunya. Jalan yang ditempuh sangat jauh. Aladin mengeluh kecapaian kepada pamannya tetapi ia malah dibentak dan disuruh untuk mencari kayu bakar, kalau tidak mau Aladin akan dibunuhnya. Aladin akhirnya sadar bahwa laki-laki itu bukan pamannya melainkan seorang penyihir. Laki-laki penyihir itu kemudian menyalakan api dengan kayu bakar dan mulai mengucapkan mantera. "Kraak…" tiba-tiba tanah menjadi berlubang seperti gua.

Dalam lubang gua itu terdapat tangga sampai ke dasarnya. "Ayo turun! Ambilkan aku lampu antik di dasar gua itu", seru si penyihir. "Tidak, aku takut turun ke sana", jawab Aladin. Penyihir itu kemudian mengeluarkan sebuah cincin dan memberikannya kepada Aladin. "Ini adalah cincin ajaib, cincin ini akan melindungimu", kata si penyihir. Akhirnya Aladin menuruni tangga itu dengan perasaan takut. Setelah sampai di dasar ia menemukan pohon-pohon berbuah permata. Setelah buah permata dan lampu yang ada di situ dibawanya, ia segera menaiki tangga kembali. Tetapi, pintu lubang sudah tertutup sebagian. "Cepat berikan lampunya !", seru penyihir. "Tidak ! Lampu ini akan kuberikan setelah aku keluar", jawab Aladin. Setelah berdebat, si penyihir menjadi tidak sabar dan akhirnya "Brak!" pintu lubang ditutup oleh si penyihir lalu meninggalkan Aladin terkurung di dalam lubang bawah tanah. Aladin menjadi sedih, dan duduk termenung. "Aku lapar, Aku ingin bertemu ibu, Tuhan, tolonglah aku !", ucap Aladin.

Aladin merapatkan kedua tangannya dan mengusap jari-jarinya. Tiba-tiba, sekelilingnya menjadi merah dan asap membumbung. Bersamaan dengan itu muncul seorang raksasa. Aladin sangat ketakutan. "Maafkan saya, karena telah mengagetkan Tuan", saya adalah peri cincin kata raksasa itu. "Oh, kalau begitu bawalah aku pulang kerumah." "Baik Tuan, naiklah kepunggungku, kita akan segera pergi dari sini", ujar peri cincin. Dalam waktu singkat, Aladin sudah sampai di depan rumahnya. "Kalau tuan memerlukan saya panggillah dengan menggosok cincin Tuan."

Aladin menceritakan semua hal yang di alaminya kepada ibunya. "Mengapa penyihir itu menginginkan lampu kotor ini ya ?", kata Ibu sambil menggosok membersihkan lampu itu. "Syut !" Tiba-tiba asap membumbung dan muncul seorang raksasa peri lampu. "Sebutkanlah perintah Nyonya", kata si peri lampu. Aladin yang sudah pernah mengalami hal seperti ini memberi perintah,"kami lapar, tolong siapkan makanan untuk kami". Dalam waktu singkat peri Lampu membawa makanan yang lezat-lezat kemudian menyuguhkannya. "Jika ada yang diinginkan lagi, panggil saja saya dengan menggosok lampu itu", kata si peri lampu.

Demikian hari, bulan, tahunpun berganti, Aladin hidup bahagia dengan ibunya. Aladin sekarang sudah menjadi seorang pemuda. Suatu hari lewat seorang Putri Raja di depan rumahnya. Ia sangat terpesona dan merasa jatuh cinta kepada Putri Cantik itu. Aladin lalu menceritakan keinginannya kepada ibunya untuk memperistri putri raja. "Tenang Aladin, Ibu akan mengusahakannya". Ibu pergi ke istana raja dengan membawa permata-permata kepunyaan Aladin. "Baginda, ini adalah hadiah untuk Baginda dari anak laki-lakiku." Raja amat senang. "Wah..., anakmu pasti seorang pangeran yang tampan, besok aku akan datang ke Istana kalian dengan membawa serta putriku".

Setelah tiba di rumah Ibu segera menggosok lampu dan meminta peri lampu untuk membawakan sebuah istana. Aladin dan ibunya menunggu di atas bukit. Tak lama kemudian peri lampu datang dengan Istana megah di punggungnya. "Tuan, ini Istananya". Esok hari sang Raja dan putrinya datang berkunjung ke Istana Aladin yang sangat megah. "Maukah engkau menjadikan anakku sebagai istrimu ?", Tanya sang Raja. Aladin sangat gembira mendengarnya. Lalu mereka berdua melaksanakan pesta pernikahan.

Nun jauh disana, si penyihir ternyata melihat semua kejadian itu melalui bola kristalnya. Ia lalu pergi ke tempat Aladin dan pura-pura menjadi seorang penjual lampu di depan Istana Aladin. Ia berteriak-teriak, "tukarkan lampu lama anda dengan lampu baru !". Sang permaisuri yang melihat lampu ajaib Aladin yang usang segera keluar dan menukarkannya dengan lampu baru. Segera si penyihir menggosok lampu itu dan memerintahkan peri lampu memboyong istana beserta isinya dan istri Aladin ke rumahnya.

Ketika Aladin pulang dari berkeliling, ia sangat terkejut. Lalu memanggil peri cincin dan bertanya kepadanya apa yang telah terjadi. "Kalau begitu tolong kembalikan lagi semuanya kepadaku", seru Aladin. "Maaf Tuan, tenaga saya tidaklah sebesar peri lampu," ujar peri cincin. "Baik kalau begitu aku yang akan mengambilnya. Tolong Antarkan kau kesana", seru Aladin. Sesampainya di Istana, Aladin menyelinap masuk mencari kamar tempat sang Putri dikurung. "Penyihir itu sedang tidur karena kebanyakan minum bir", ujar sang Putri. "Baik, jangan kuatir aku akan mengambil kembali lampu ajaib itu, kita nanti akan menang", jawab Aladin.

Aladin mengendap mendekati penyihir yang sedang tidur. Ternyata lampu ajaib menyembul dari kantungnya. Aladin kemudian mengambilnya dan segera menggosoknya. "Singkirkan penjahat ini", seru Aladin kepada peri lampu. Penyihir terbangun, lalu menyerang Aladin. Tetapi peri lampu langsung membanting penyihir itu hingga tewas. "Terima kasih peri lampu, bawalah kami dan Istana ini kembali ke Persia". Sesampainya di Persia Aladin hidup bahagia. Ia mempergunakan sihir dari peri lampu untuk membantu orang-orang miskin dan kesusahan.

Cikgu

Berburu ke padang datar

Dapat rusa belang kaki
Berguru kepalang ajar
Ibarat bunga kembang tak jadi
(dedikasi kepada Hari Guru dan guruku tercinta)

Dialah pemberi paling setia
Tiap akar ilmu miliknya
Pelita dan lampu segala
Untuk manusia sebelum jadi dewasa.

Dialah ibu dialah bapa juga sahabat
Alur kesetiaan mengalirkan nasihat
Pemimpin yang ditauliahkan segala umat
Seribu tahun katanya menjadi hikmat.

Jika hari ini seorang Perdana Menteri berkuasa
Jika hari ini seorang Raja menaiki takhta
Jika hari ini seorang Presiden sebuah negara
Jika hari ini seorang ulama yang mulia
Jika hari ini seorang peguam menang bicara
Jika hari ini seorang penulis terkemuka
Jika hari ini siapa sahaja menjadi dewasa;
Sejarahnya dimulakan oleh seorang guru biasa

Dengan lembut sabarnya mengajar tulis-baca.
Di mana-mana dia berdiri di muka muridnya
Di sebuah sekolah mewah di Ibu Kota
Di bangunan tua sekolah Hulu Terengganu
Dia adalah guru mewakili seribu buku;
Semakin terpencil duduknya di ceruk desa
Semakin bererti tugasnya kepada negara.
Jadilah apa pun pada akhir kehidupanmu, guruku
Budi yang diapungkan di dulangi ilmu
Panggilan keramat "cikgu" kekal terpahat
Menjadi kenangan ke akhir hayat.



USMAN AWANG

1979

Mayat

Seorang pegawai polis masuk ke bilik mayat di sebuah hospital untuk menyiasat punca


kematian tiga lelaki sekaligus. Selepas memeriksa mayat-mayat itu, dia bertanya kepada

penjaga bilik berkenaan.

Polis: Mengapa ketiga-tiga mayat tersenyum?

Penjaga: Lelaki pertama sedang bersanding, apabila tiba2 diserang strok. Lelaki kedua

pula khabarnya menang loteri dan mati serangan sakit jantung manakala yg ketiga disambar petir.

Polis: Hah! Kenapa disambar petir pun tersenyum?

Penjaga: Masa tu dia ingat orang sedang ambil gambarnya...

Sekolah

Cikgu Aiman hairan kenapa Aiman datang lambat hari tu.. "Aiman kenapa datang lambat?"


"Kerana papan tanda cikgu" jawab Aiman. "

"Apa hal pulak dgn papan tanda tu?" tanya cikgunya lagi.

AWAS SEKOLAH DI HADAPAN, PERLAHAN-LAHAN.

kembar

Empat orang bakal ayah sedang menunggu kelahiran bayi mereka diruang rehat sebuah hospital. Kegelisahan jelas diriak muka mereka…


Seorang jururawat keluar dari bilik pembedahan lalu berkata kepada lelaki yang pertama, “Tahniah! Isteri Tuan selamat melahirkan anak kembar dua.”

“Kembar dua! Kebetulan pula, saya bekerja di menara berkembar Petronas,” kata lelaki yang pertama dengan riangnya.

Beberapa minit kemudian, seorang jururawat lain datang memberitahu kepada lelaki kedua, “Isteri Tuan selamat melahirkan bayi kembar tiga. Tahniah!”

“Apa? Kembar tiga! Saya bekerja dengan 3D Corporation, kata lelaki yang kedua.

Setengah jam kemudian, seorang jururawat memberitahu kepada lelaki ketiga, “Tahniah! Isteri Tuan selamat. Tuan dikurniakan anak kembar empat” kata jururawat itu dengan tenang.

“Kembar empat! Sungguh saya tak menduga kejadian ini, saya pula bekerja di Four Season Hotel,” kata lelaki ketiga dengan gembira.

Lelaki yang keempat mula mundar-mandir kegelisahan. Ketiga-tiga lelaki tadi berasa hairan melihat keadaan lelaki keempat itu. Mereka bertanya,

“Apakah yang merunsingkan awak?”

Dengan perasaan gelisah dia menjawab “Saya bekerja di Seven Eleven.”

nenek Oh Nenek

Abu (nama samaran) bagitau tunang dier Siti (juga nama samaran) teringin nak


jumpa nenek Siti. Satu hari, Siti berkesempatan memperkenalkan Sam kepada neneknya.

Sambil duduk menunggu, Abu mengunyah kacang hazelnut sampai abis semangkuk.

Nenek Siti keluar lalu Abu bersalam dengan sopan santunnya sambil berkata, "Maaflah nek,

abis semangkuk hazelnut tu saya makan tadi." Dengan selamba ala salesman budakbudak

pakai tie jual calculator, nenek Siti berkata, "Takpe, Siti memang suka sangat bawakan nenek coklat kacang hazelnut ni. Gigi nenek takde dah, jadi nenek isap je la coklatnya. Kacangnya nenek tinggalkan kat mangkuk tu."

Jam Dinding

Ada sekali tu ketua kampung orang asli telah dihadiahkan jam dinding oleh pihak tentera kerana menolong mereka dalam operasi. Alangkah bangganya ketua orang asli tersebut bila jam tersebut di gantungkan di depan pintu rumahnya dan orang kampung sering datang melihat jam tersebut seolah-olah barang hiasan kerana mereka pada masa tu tak tahu bagaimana menggunakan jam untuk melihat waktu.


Suatu hari anak ketua kampung tersebut memberitahunya yang jarum jam tu telah berhenti bergerak. Masa tu punyalah ramai anak buah dia kat halaman rumah sedang melihat jam tersebut.

Maka ketua kampung tu pun konon nak tunjuk terrorlah lalu dia pun menurunkan jam tersebut dari tempat penggantungan dan membelek-belek jam tersebut depan belakang. Beliau ternampak tempat bateri jam tersebut dan telah dengan tidak sengaja terkuis bateri itu terkeluar dari tempatnya.

Entah macam mana ada pulak bangkai seekor cicak di celah-celah tempat bateri tu...beliau pun dengan bangganya memberitahukepada anak-anak buahnya.

"OOOO...patutlah tak jalan. Drebarnya mati tershepittttt....!!"

Menyampuk

Satu hari ketika dalam perjalanan balik dari Ipoh, aku singgah sekejap di KLCC.

Ada sesuatu untuk aku beli. Ketika aku sedang mencari barang dibeli, tiba-tiba perut aku terasa memulas. Apalagi aku pun terus bergegas ke tandas yang terdekat. Masuk saja ketandas aku tengok ada 3 bilik air. Bilik air yang di tengah bertutup, jadi aku pegi yang disebelahnya. Baru saja aku duduk, aku terdengar orang dari sebelah bersuara,

"Haa, camna sekarang ?"

Aku pun bukan suka nak berbual dengan orang yang aku tak kenal. Entah macamana untuk tidak menghampakan orang, akhirnya aku balas juga, "Ok gak ler". Kemudian suara tu bertanya lagi,

"Kau nak gi mana ni??"

Iskk... Aku mula rasa musykil... tapi aku balas, "Aku nak balik, singgah sini nak beli barang sikit"
Lepas suara tu bertanya lagi, "Bila kau nak gerak ni??". Aku selamba jer kata, "Lepas aku sudah ni, habis beli aku chow la".

Kemudian aku terdengar lagi suara org sebelah tu berkata

"Hei, aku call kau balik lepas ni, tiap kali aku tanya soalan kat kau, mamat bodo sebelah aku ni asyik jawap jer!!!

Tikus Bandar Dan Tikus Desa

Di satu desa,terdapat seekor tikus yang bernama Tikus Desa.Tikus Desa tinggal di rumah yang dikelilingi bunga-bungaan.Setiap pagi,Tikus Desa akan keluar mencari makanan di kawasan berhampiran rumahnya.Di kawasan berhampiran rumahnya mempunya banyak pokok raspberi.Tikus Desa suka makan pai raspberi yang dibuatnya pada waktu malam.Pada malamnya,Tikus Desa akan tidur di atas katil jerami.Tikus Desa sudah sebati dengan keadaan di desa.Pada suatu hari,Tikus Desa dikunjungi oleh saudaranya,Tikus Bandar.


Tikus Desa dan Tikus Bandar berasa sungguh gembira kerana dapat berjumpa.Pada paginya,Tikus Desa mengajak Tikus Bandar memetik buah.Tikus Bandar terjatuh dari pokok kerana dia tidak pandai memanjat pokok.Malam itu,Tikus Desa memasak pai respberi yang lazat untuk dimakan oleh dia dan sepupunya.Tikus Bandar tidak suka pai respberi yang dimasak oleh Tikus Desa kerana rasanya sungguh masam. Dia lebih menggemari makanan yang manis.

Malam itu,Tikus Bandar tidak nenyak tidur di atas katil jerami.Pada keesokkan harinya,Tikus Bandar mengadu kepada Tikus Desa bahawa dia tidak selesa tinggal di rumah Tikus Desa.Tikus Desa faham dengan apa yang dikatakan oleh Tikus Bandar kerana pada kali pertama tinggal di desa pun dia rasa tidak selesa tapi lama-kelamaan dia rasa seperti sudah biasa dengan cara seperti itu.